Senin, 04 Mei 2009

MENDIDIK ANAK CINTA MASJID

Diantara ungkapan hikmah dari Nabi Muhammad saw yang amat berkesan bagi saya adalah masuknya kelompok "anak muda yang senantiasa beribadah kepada Allah dan orang yang hatinya senantiasa terpaut erat dengan masjid" dalam tujuh kelompok manusia yang akan mendapatkan naungan (zhilal) dari Allah pada waktu tiada naungan kecuali naunganNya *).

Sepanjang pengalaman hidup saya, setiap kali saya tinggal cukup lama di satu tempat, selalu saya temukan seorang atau sekelompok anak muda yang tekun melakukan sholat berjamaah di masjid-masjid. Selalu ada, padahal kebanyakan orang yang hadir sholat berjamaah itu sudah berusia tua.

Saya termasuk yang beruntung, atas taufiq dari-Nya, pada masa SD saya merasa senang belajar mengaji Quran di tajug (musholla) al-Falah, di dekat rumah (Pasapen, Kuningan-Jawa Barat). Kegiatan mengaji ini dilakukan diantara waktu Magrib dan Isya dengan dibimbing seorang ustadz. Saat itu alhamdulillah kami langsung mendapatkan bimbingan dari Ajengan Abdul Ghaffar, yang juga menjadi imam Masjid Agung al-Manar. Sungguh disayangkan, belakangan kegiatan mengaji seperti ini sudah semakin langka ditemui.

Selanjutnya saya berkenalan dengan aktifitas remaja masjid sejak masa SMP. Ini diawali dengan kegiatan Kuliah Dhuha setiap hari Ahad di Masjid Agung al-Manar, Kuningan-Jawa Barat. Acara Kuliah Dhuha ini diawali ceramah singkat oleh seorang ustadz, lalu tanya jawab seputar materi ceramah. Setelah itu peserta yang jumlahnya ratusan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan dimulailah kegiatan mentoring dengan dibimbing dua orang kakak pengurus remaja masjid. Kakak-kakak ini belajar di SMA dan menjadi pengurus setelah mengikuti kegiatan tahunan Studi Islam Intensif. Pada mentoring ini kami berdiskusi macam-macam masalah agama dan kehidupan remaja. Suasananya nyaman dan segar, sebab kakak-kakak mentor bisa memahami suasana kejiwaan kami yang hanya terpaut 2-3 tahunan usianya.

Saya mengikuti kegiatan Kuliah Dhuha itu pada awal tahun 80-an. Saya terus terlibat dalam kegiatan remaja masjid dengan menjadi pengurus GEMMA (Generasi Muda Masjid al-Manar). Saya mesti berterima kasih kepada para ustadz yang aktif membimbing saat itu. Tentu saja doa kebaikan saya panjatkan kepada para perintis kegiatan remaja masjid dan metoda mentoring yang, setahu saya, diawali dari Masjid Salman, ITB.

***

Waktu berganti waktu, tahun berganti tahun. Saya mendapat cerita bahwa Hasan, anak kami yang saat ini duduk di kelas 6 SD, senang sholat berjamaah di masjid kompleks, Baitus Salaam, atau di masjid perkampungan tetangga, at-Taqwa. Setiap Magrib dan Isya dia sholat berjamaah di masjid. Pada bulan Ramadhan lalu, Hasan selalu berbuka di Baitus Salam. Dia juga selalu hadir sholat berjamaah sholat Magrib, Isya, tarawih dan sholat Shubuh. Pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, Hasan beri'tikaf dan menginap di masjid. Alhamdulillah.

Suasana masjid Baitus Salam juga memang amat mendukung Hasan dan teman-temannya melakukan berbagai kegiatan dengan nyaman dan menyenangkan. Para orang tua bersahabat dengan anak-anak. Kalau pun anak-anak agak ribut mereka ingatkan dengan baik. Masjid juga punya halaman yang luas, sehingga diantara waktu Magrib dan Isya selepas mengaji, anak-anak bisa bersantai di luar. Pada bulan Ramadhan, pengurus mengorganisir warga kompleks bergiliran memberikan suplai makanan untuk berbuka dan makan sahur. Sebuah model pengelolaan masjid yang cukup ideal.

Kesukaan Hasan dengan masjid bisa jadi sangat dipengaruhi oleh pendidikan di SD Islam Terpadu Ummul Quro, Bogor, tempat dia bersekolah. Di Ummul Quro para murid memang amat dekat dengan masjid. Kegiatan tilawah dan tahfizh yang intensif dilakukan di masjid sekolah. Sholat berjamaah Dhuhur dan Ashar pun menjadi bagian tak terpisahkan dari proses pendidikan di sana. Pemahaman tentang keutamaan sholat berjamaah, beri'tikaf dan lain-lain pun diberikan kepada para murid. Kondisi ini amat berpengaruh pada kedekatan anak-anak dengan masjid.

***

Tentu saja suasana pendidikan di rumah berpengaruh pada kedekatan anak dengan masjid. Sekedar berbagi pengalaman, saya masih ingat ketika kami baru pulang dari Belanda, kami mengontrak rumah di kompleks perumahan karyawan Bakosurtanal di Desa Ciriung, Cibinong. Saat itu usia Hasan sekitar 2 tahun. Saya diamanahi menjadi imam di masjid kompleks, al-Muhajirin. Setiap Magrib dan Isya, Hasan saya ajak ke masjid.

Setiap kali kami akan memulai sholat, saya bilang ke Hasan, "Hasan, kita akan sholat menghadap Allah. Hasan mesti ikuti sholat ini dengan baik ya!" Dia lalu mengangguk. Kadang Hasan saya suruh berdiri disamping saya. Jadi seperti co-imam (mengikuti istilah co-pilot ... *smile*). Belakangan bapak-bapak jamaah al-Muhajirin mengajak Hasan berdiri dengan mereka di shaf pertama. Alhamdulillah sejak usia 2 tahunan itu dia sudah tertib dalam sholat.

***

Kecintaan kepada masjid menjadi sebuah sifat yang mesti ditumbuhkan para orang tua dan para pendidik kepada generasi muda. Semakin banyak generasi muda yang cinta masjid, semakin cerah dan menjanjikan masa depan sebuah masyarakat.

Untuk itu para orang tua hendaknya menjadi panutan anak-anak dalam mencintai masjid dengan sholat berjamaah dan aktif memakmurkan masjid-masjid. Mengenalkan masjid kepada anak-anak sejak dini akan memberikan kesan yang baik dan melekat pada mereka. Kemudian pengelolaan masjid yang baik dan "welcome" kepada anak-anak menjadi faktor pendorong penting "betah"-nya anak-anak di masjid.

Kita berharap kecintaan generasi muda terhadap masjid semakin hari semakin besar. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan ...

Salam,
Muhammad
@pagar masjid
Mey 09

===
*) Nabi saw bersabda," Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah, pada hari tiada naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa dipertautkan dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang laki -laki yang dirayu oleh seseorang wanita yang bangsawan dan rupawan lalu menjawab, "sungguh aku takut kepada Allah", seseorang yang bersedekah lantas disembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat sunyi kemudian kedua matanya mencucurkan air mata" (HR. Bukhari Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar